Rabu, 05 Oktober 2011

Hadiah Yang Tidak Sempurna

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak perubahan atau bayangan karena pertukaran.
—Yakobus 1:17

Baca: Yakobus 1:2-18

Di masa kanak-kanak, saya bertanya-tanya mengapa harus berterima kasih kepada Tuhan untuk makanan yang tidak saya sukai. Dalam pikiran saya yang belum dewasa, berterima kasih adalah tanggapan setelah menerima sesuatu yang diinginkan—seperti hamburger dan kentang goreng, dan bukan asparagus. Jadi mengapa saya harus berterima kasih untuk sesuatu yang tidak saya inginkan?

Secara manusiawi, cara pikir saya masuk akal. Tidak semua yang diberikan orang lain adalah demi kebaikan kita. Tentu juga tidak semua hal yang kita inginkan adalah baik.

Namun, dengan Allah, hal ini sungguh berbeda. Seperti yang diingatkan Kristus kepada kita, orangtua yang penuh kasih tidak akan memberi anaknya batu ketika meminta roti, atau ular ketika mereka meminta ikan. Dan Tuhan lebih mengasihi kita dibandingkan orangtua kita yang di bumi (Mat. 7:9-11).

Hal itu tidak berarti bahwa anak-anak Allah dapat mengharapkan hidup yang bebas dari penderitaan dan tekanan. Yakobus mengatakan bahwa bukan hanya setiap pemberian yang baik datangnya dari Bapa Surgawi (1:17), tetapi kita juga harus “menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan” apabila kita “jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.” Ujian terhadap “iman kita itu menghasilkan ketekunan,” dan ketekunan itu bekerja menjadikan kita “sempurna dan utuh, dan tak kekurangan suatu apapun” (ay.2-4).

Bahkan ketika menerima sesuatu yang tampaknya tidak baik, kita dapat bersyukur karena kita mengetahui bahwa ada sesuatu yang lebih di balik apa yang dapat kita lihat. Apa yang kelihatannya seperti pemberian yang tidak sempurna mungkin merupakan sarana yang dipakai Allah untuk menyempurnakan kita. —JAL

Keindahan ganti abu, emas ganti barangku yang tak berharga;
Sukacita ganti kesedihanku, mahkota ganti salibku;
Damai mengatasi sakit hatiku, penyembuh bagi penderitaanku;
Mentari menghalau bayang, pelangi muncul setelah hujan.
—Widmeyer

Pencobaan kemungkinan adalah karunia indah yang tersembunyi dari Allah.

Penglihatan Di Neraka

KISAH nyata ini disaksikan oleh PHILIP MANTOFA


Sahabat,

Tanggal 1 Januari 2000 pukul 05.00 wib pagi, aku dibawa ke suatu daerah GURUN PASIR YANG LUAS, TANDUS, KERING-KERONTANG, SERTA PANAS TERIK SANGAT MENYENGAT.

Aku melihat banyak binatang aneh dan menjijikkan yang tidak pernah aku temui sebelumnya. Aku berjalan setapak demi setapak melewati gurun tersebut hingga sampai pada suatu tempat yang menyeramkan.

Rasa aneh meliputi aku, tulang-tulangku serasa sakit semua, terlebih lagi tidak ada sedikitpun angin berhembus, suasana sunyi mencekam dan mendung menyelimuti daerah tersebut! aku tidak dapat menggambarkan dengan lebih baik lagi sebab hanya kengerian yang ada di sana.

Sebuah pintu gerbang berdiri menjulang dihadapanku dan dengan rasa gelisah namun ingin tahu aku mencoba mem buka gerbang tersebut. Ternyata gerbang tersebut tidak cukup sulit untuk dibuka tetapi membuat aku tersentak sebab dihadapanku masih berdiri sebuah pintu gerbang lagi dan diatas gerbang tersebut terdapat papan palang bertuliskan "valley of torture" (lembah penyiksaan)!!!!

Aku sempat ragu apakah aku harus melanjutkan'perjalanan' ini atau tidak, tetapi aku merasa ada sesuatu yg mendorong aku untuk melanjutkannya.

Dengan jantung berdegup keras aku membuka gerbang berikutnya dan... oh Tuhan!!! aku tidak percaya pada apa yang kulihat tetapi itulah kenyataannya!

Aku melihat suatu lorong yang diliputi oleh kegelapan. Saat itu aku berdiri di pinggir pintu gerbang, aku tidak tahu seberapa luas dan panjang lorong tersebut tetapi aku dapat melihat asap samar2 pada ujungnya dan aku merasa itu adalah lautan api yang dahsyat. Di sepanjang lorong yang gelap itu aku melihat banyak orang disi ksa oleh orang-orang berpakaian hitam-hitam serta bertanduk dan aku melihat mereka sangat bernafsu untuk menyiksa setiap orang yang ada disana sebelum mereka semua dimasukkan dalam lautan api pada ujung lorong tersebut.

Tangis ngilu serta erangan bercampur dengan tertawa yang menjijikkan aku dengar dalam tempat yang sangat kotor tersebut. Di tepi lorong aku melihat seorang wanita muda, tangannya diikat pada sebuah kayu. Banyak sekali orang-orang bertanduk yang mengelilingi dia serta mentertawakannya. Aku melihat wajahnya yang sudah putih pucat itu diliputi oleh rasa ketakutan yang amat sangat, didepan matanya terdapat suatu senjata aneh yang tidak pernah aku jumpai sebelumnya, aku tidak tahu namanya tapi bentuknya sejenis garpu penggaruk dengan mata pisau yang sangat tajam.

Senjata tersebut dibawa oleh salah sat u iblis bertanduk yang sedang mengerubuti wanita tersebut, aku mendengar si iblis mengancam wanita malang itu "ayo berdusta !!! ayo berdusta!!!" aku melihat wanita muda itu makin ketakutan dan dia sudah sepenuhnya jatuh dalam kuasa para iblis bertanduk itu sehingga ia mau menuruti kemauan mereka. Jawab wanita itu, "Ya!! Ya!! aku berdusta!! aku berdusta!!!" Para iblis yang mengancam itu tertawa terbahak-bahak dan mereka merasa puas akan jawaban wanita muda tersebut. aku menyangka setelah wanita itu menuruti apa yang mereka mau maka ia akan dilepaskan tapi apa yang terjadi?

Para iblis jahat itu malah menyorongkan garpu penggaruk dengan mata pisau yang tajam-tajam itu kedalam wajahnya dan darah segar menyembur keluar dari wajah wanita yang telah hancur dan tidak berbentuk itu. Pada saat itu aku mendengar wanita itu berteriak kesakitan, "AAAAAHHHH ToLong!!!!!" aku langsung berteriak "Stopp!!! hentikan...!" aneh ! mereka tidak mendengar teriakanku dan bahkan aku tidak terlihat oleh mereka walaupun aku ada disana. aku merasa muak melihat pemandangan yang mengerikan dan suara-suara itu tapi ternyata masih banyak lagi pemandangan yang lebih mengejutkan.

Berikutnya aku melihat seorang laki-laki, rambutnya sudah hangus, wajahnya tinggal tengkorak yang membusuk dan ulat-ulat yang tidak dapat terbakar oleh api keluar dari lubang-lubang tengkoraknya. Laki-laki tersebut disusung dari ujung lorong yang mendekati api, aku rasa mereka telah lama menyiksa orang tersebut, orang tersebut telah hangus dan dagingnya meleleh karena telah diletakkan dekat api yang tidak terhingga panasnya.

Iblis-iblis yang mengusungnya tertawa-tawa mengejek laki-laki diatas usungan tersebut dan tidak ada yang dilakukan laki-laki tersebut selain pasrah. Ia sekarat! tetapi tid ak bisa mati. mulutnya megap-megap seolah ingin memohon belas kasihan. Salah seorang dari iblis itu berteriak "Ayo masturbasi !!!! ayo masturbasi!!!!" Jawab pria itu dengan bergetar, "ya aku masturbasi!! aku masturbasi!!" "AHHHHH!!!!!!" aku melihat ulat-ulat ya ng amat sangat banyak keluar dari dalam tubuhnya .. seluruh tubuhnya!!!!! aku makin jijik melihat semua itu apalagi mendengar teriakannya ! aku merasa ngeri!!!!!!

Masih banyak lagi teriakan dan perintah2 yang aku dengar, "ayo minum! ayo mabuk! ayo judi! ayo menipu!!!" dan para iblis itu tertawa tawa, menikmati erangan dan tangisan seolah-olah mereka sedang mendengar musik yang indah.

Aku tidak berani berjalan masuk lebih dalam. aku hanya melihat sejauh mata memandang dan aku yakin masih banyak lagi jenis2 penyiksaan yang dilakukan sebab lorong tersebut lebih pas kalo disebut barak pen yiksaan. aku menemukan suatu pemandangan yang amat sangat mengagetkan, aku melihat banyak orang saleh beragama disana ! Aku tidak percaya....!!!!!
tapi aku tidak berkuasa untuk menyangkalnya!!! aku mendengar teriakan mereka saat disiksa, mereka menyebut nama Tuhan, "Tuhan tolong aku!!!!!
Tuhan bukankah aku selalu bersama dengan Engkau? Engkau mengajar di kota-kota kami, aku melayani Engkau Tuhan !!!!!"

Mereka memohon-mohon pada Tuhan tetapi mereka sudah tidak mendapat kesempatan itu, sampai pada akhirnya aku mendengar mereka menghujat Tuhan.
Hancur hatiku melihat hal ini. Setelah itu aku betul2 berada di puncak kengerian dan shock berat meliputi aku !!! aku sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan 'perjalanan' ini dan jika dilanjutkan kemungkinan besar aku akan 'mati' secara jasmani. "Tuhan, tolong bawa aku untuk keluar dari sini....
tolong Tuhan.....!!!!" seketi ka itu juga aku....... aku tersadar! semua yg terjadi tadi adalah sebuah vision, sebuah penglihatan ....... penglihatan yang sangat mengerikan..... penglihatan tentang neraka.... !!!!!!!

Aku senang menemukan diriku berada dirumah meski setelah itu aku harus mengalami sakit berhari-hari. Tulang dan sendiku ngilu semua, penyakit maagku kambuh dan shock masih membayangiku !!! aku berdoa pada Tuhan, apa arti semua ini? dan apa yang Tuhan mau terhadap pengalamanku itu Tuhan memberiku suatu pengertian dan beban yang sangat mendalam bagi orang-orang di sekelilingku. Tuhan mau aku memberitakan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi kepada semua orang. saat ini banyak dari mereka sedang bersenang-senang, makan-minum, pesta pora, free sex, narkoba dan banyak kesenangan lain yang seolah-olah mereka bisa nikmati selamanya, tetapi mereka tidak sadar bahwa neraka ada di depan mereka dan iblis2 bertanduk sedang menanti mereka untuk menjadi mangsa berikutnya !!!!!

Penutup:

Aku tahu Tuhan Yesus sangat mengasihimu oleh sebab itu Ia masih mau memberi kesempatan kepadamu!!! Untuk bertobat melalui 'penglihatan' yang telah ditunjukkannya kepadaku. Sahabatku, aku HARUS MENULIS SURAT INI kepadamu untuk mengingatkan mu sebab aku tidak mau kamu mengalami hal yang sama dengan mereka di sana. Sungguh, aku mengasihimu !!
dan aku harap kamu mau MERENUNGKAN semuanya ini dan benar2 bertobat, terima Tuhan Yesus secara pribadi, HIDUP BARU, dan jangan keluar dari jalan yang telah Tuhan khusus TETAPKAN.

PS. forward-LAH pesan ini ke semua orang yg saudara kasihi selagi masih ada waktu tersisa !! atau anda akan menyesal bila suatu saat anda akan melihat
orang2 yg saudara cintai berada pada "valley of torture!!""

GOD BLESS US

HOPE AND PRAY !!

KEEP THE FAITH THAT HE ALWAYS BE WITH US AND TRUST IN HIM THAT HE REALLY KNOWS YOU !!

"The LORD bless you and keep you; the LORD make his face shine upon you and be gracious to you; the LORD turn his face toward you and give you peace."

Si kikir dan Malaikat Maut

Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya.

Si kikir berkata, "Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku."Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.

Kemudian si kikir memohon lagi, "Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.

"Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.

Akhirnya si kikir menulis berkata, "Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar."

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: "Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki."

Oleh: Mahyudin Purwanto
seumber : heartnsouls.com


Kolose 4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Kisah Besi dan Air

Ada dua benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : "Lihat ini aku, kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak" Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.

Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana . Aturannya : "Barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang" Besi dan air pun mulai berlomba : Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu.Tetapi karena kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka di sana sini karena melawan batu-batuan itu.

Air melakukan tugasnya ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya.

Score air dan besi 1 : 0 untuk rintangan ini. Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia berputar memang celah itu semakin hancur tetapi iapun juga semakin terluka.

Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat didasar gua. Score air dan besi 2 : 0

Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya ia berkata kepada air : "Score kita 2 : 0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini !"

Airpun segera menggenang sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini,tetapi kemudian ia membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya kesebarang dan mengembunkannya. Maka air turun sebagai hujan. Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0.

Jadikanlah hidupmu seperti air. Ia dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras. Ingat hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.


Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya dan tidak ada yang bertentangan dengan dia. Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan untuk merubah diri menjadi uap.

Menemukan Panggilan Kita

ebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. —Efesus 4:1


Baca: Efesus 4:1-16


Suatu pergumulan yang terus-menerus kita alami di saat belajar mengikut Kristus adalah ketika kita mencoba untuk menemukan panggilan hidup kita. Kita sering berpikir bahwa panggilan itu berkaitan dengan pekerjaan dan lokasi kita. Namun, mungkin yang lebih penting dari itu adalah soal karakter, yakni keberadaan diri yang mendasari perilaku. "Tuhan, apa yang Engkau kehendaki bagiku?"

Dalam Efesus 4, Paulus menulis, "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu" (ay.1). Ia melanjutkan ini dengan tiga "hendaklah", seperti tertulis dalam satu terjemahan: Hendaklah selalu rendah hati, hendaklah lemah lembut, hendaklah sabar, "tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (ay.2). Paulus menulis ini dari penjara, suatu tempat yang sulit, namun ia terus setia pada panggilan Allah atas hidupnya.

Oswald Chambers berkata: "Pengabdian bukanlah menyerahkan panggilan hidup kita pada Allah, tetapi pemisahan dari semua panggilan lainnya dan memberikan diri kita sepenuhnya pada Allah, mengizinkan kedaulatan Allah menempatkan kita sesuai kehendak-Nya—dalam bidang bisnis, hukum, ilmu pengetahuan, pertukangan, politik; atau dalam pekerjaan yang sederhana sekalipun. Kita ditempatkan di sana untuk bekerja sesuai hukum dan prinsip Kerajaan Allah."

Bila kita adalah orang-orang yang tepat di mata Allah, kita dapat melakukan tugas apa pun yang diberikan-Nya, di mana pun Dia menempatkan kita. Dengan itulah, kita menemukan dan meyakini panggilan-Nya bagi kita. —DCM

Engkau dipanggil dengan suatu panggilan ilahi
Untuk menjadi terang dunia;
Untuk memancarkan cahaya Injil
Hingga terangnya bisa dilihat banyak orang. —NN.


Yang terpenting bukanlah apa yang Anda kerjakan, tetapi siapakah diri Anda.

Pencarian dan Penemuan

Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh.
—1 Korintus 2:10


Baca : 1 Korintus 2:6-16

Bayangkan bila pagi Natal tanpa kertas pembungkus hadiah! Sukacitanya pasti hanya bertahan sebentar, karena sebagian besar serunya Natal adalah rasa ingin tahu akan apa yang ada di dalam kertas pembungkus hadiah itu.

Rupanya Allah menciptakan kita dengan tatanan "normal" yang menyebabkan kita begitu menikmati proses mencari dan menemukan, karena menemukan sesuatu sering terasa lebih menyenangkan daripada memilikinya. Itulah alasannya mengapa kita membungkus hadiah-hadiah kita.

Banyak cerita di dalam Alkitab yang menggunakan konsep ini. Dalam Amsal kita membaca tentang kebijakan: "Dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku." (8:17). Nabi Yeremia menuliskan tentang Tuhan: "Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati" (29:13).

Allah bisa saja menyatakan seluruh kebenaran kepada semua orang sejak awal, tetapi Dia memilih untuk menyatakan diri-Nya secara bertahap (1 Kor. 2:7-8). Kemungkinan hal itu karena kita memang lebih menghargai sesuatu apabila kita harus mencari dan menunggunya.

Allah tidak sedang bermain petak umpet dengan kita. Dia mengizinkan kita menikmati proses pencarian dan penemuan tentang siapakah Dia dan apa yang dilakukan-Nya di jagat raya ini.

Jadi, janganlah menjadi putus asa jika Anda belum mengetahui banyak tentang Allah. Sebaliknya, bersukacitalah pada saat Anda menyingkapkan segala hal baru yang belum Anda temukan. —JAL

Ajariku lebih lagi tentang Yesus,
Kehendak-Nya yang kudus lebih kumengerti;
Roh Allah, yang mengajarku,
Memperlihatkan perkara Kristus padaku. —Hewitt


Tuhan memberikan diri-Nya kepada kita sebagai hadiah yang tidak akan habis-habisnya untuk kita singkapkan.

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di bawah teduh dan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang; tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"

"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian."Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua.
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.